Wednesday, February 13, 2008

Sandra & Radit.. (2)

Siang itu, sepulang dari kampus Sandra langsung menuju ke rumah Radit. Sandra memang belum pernah kerumah Radit, tetapi Sandra ingat betul alamat yang pernah diberikan kepadanya. Sampai di salah satu rumah, "Bang.. berhenti disini",kata Sandra pada Bang Kosim. Mobil itu pun berhenti didepan sebuah rumah yang sederhana, namun begitu asri.

---
"Permisi...",Sandra mengetuk daun pintu rumah itu. Perlahan pintu itu terbuka, dan sesosok wanita paruh baya keluar dari dalam rumah. "Maaf, apa betul ini rumah Radit?"tanya Sandra. Wanita itu mengangguk,"Iya, neng ini siapa?","Saya, teman satu kampusnya",jawab Sandra. "Bibii..... siapa yang datang??"tiba-tiba terdengar teriakan dari dalam rumah. Radit terbelalak melihat Sandra berada dirumahnya. "San..Sandra?? Ngapain kamu disini? Ayo masuk",kata Radit sambil mempersilahkan Sandra masuk. "Kenapa nggak masuk kuliah?",Radit tersenyum. "Ibuku sedang sakit. Aku nggak mungkin meninggalkannya sendiri bersama bibi"."Lalu,Ayahmu?",Wajah Radit langsung berubah ketika Sandra menanyakan sang Ayah. "Sudahlah, nggak usah membahas Ayah, aku tak punya ayah!",kata Radit sedikit emosi. Sandra benar-benar terkejut mendengar kata-kata Radit. "Maaf",katanya pelan. Kemudian, Radit bercerita tentang ayahnya yang pergi meninggalkan dia dan Ibunya saat ia masih berumur 5 tahun. Yang membuat Radit kecewa terhadap ayahnya adalah ketika ayahnya pergi karena lebih memilih wanita lain.
Saat itu Radit tak begitu mengerti kenapa ayahnya pergi, namun seiring berjalannya waktu, ia mulai memahami kesedihan bundanya. Dan sejak saat itu, ia benci pada Ayahnya.

***
Hari Minggu yang cerah, biasanya Sandra selalu bermalas-malasan dikamar. Tapi, tidak pagi ini. Ia harus membantu sang Mama untuk mempersiapkan acara arisan siang nanti. "San,tolong mama donk belikan bahan kue di supermarket",kata Mama pada Sandra. Dengan sedikit enggan, Sandra meraih daftar belanja yang sudah dicatat oleh sang Mama. "Jangan lupa, semua bahan sudah mama tulis disitu",kata Mama sambil menyerahkan beberapa lembar uang seratus ribuan."Ma, kembaliannya boleh buat beli ice cream ya". Mama Sandra hanya mengangguk dan disambut Sandra penuh kegirangan. Ia pun bersemangat pergi ke supermarket.

--
"Tepung udah, Telor udah, Coklat udah, Selai juga udah, ah.. beres semua tinggal pilih ice cream nih",gumam Sandra. Sandra pun melangkah menuju counter ice cream. Saat sibuk memilih, tiba-tiba ada seseorang yang menyenggol kereta belanja Sandra. "Aduuhh",katanya sambil sedikit meringis kesakitan. Sandra menoleh. "Hah? Evan??","Sandra ?",penabrak itu bernama Evan. Sahabat kecil Sandra sewaktu masih di Yogyakarta. "Van, ngapain disini?"tanya Sandra. Evan masih meringis kesakitan, "Eng-anu, aku pindah ke Surabaya,San",jawabnya sambil memegangi pinggangnya yang terasa nyeri. Sandra tersenyum. Mereka pun larut dalam obrolan yang seru sampai Sandra lupa bahwa ia harus buru-buru pulang. "Aduuhh... mampus deh.. Pasti mama dah nunggu", kata Sandra sambil menepuk dahinya. "Ada apa?" tanya Evan. "Dirumah ada acara nanti siang, makanya aku kesini untuk belanja keperluan nanti siang. Eee malah ketemu kamu dan lupa deh ama tugasku",kata Sandra sambil meletakkan barang-barang belanjaan ke dalam mobil. Evan tergelak mendengar penjelasan Sandra."Aduh, San.. Kamu ga pernah berubah ya.Teteeepp aja pelupa". Sandra cemberut mendengar Evan terus meledeknya. "Van, kamu mau ikut sekalian?"tanya Sandra. Evan menggeleng."Kapan-kapan ya San, aku pasti main ke rumah. Kangen ama masakan Mama kamu. "Huuuu",Sandra mencibir dan ia pun pamit sambil melambaikan tangannya.
Didalam mobil, Sandra teringat akan Radit. Bagaimana kabarnya? Dan juga Ibunya? Apa sudah sembuh? Ah, nanti sore ke rumah Radit,kata Sandra dalam hati.

(to be continued)


Read more!

Tuesday, February 12, 2008

Sandra & Radit .... (1)

Pukul 05.30 WIB.
Cuaca pagi ini begitu cerah. Mentari pagi pun tanpa segan mulai menyinari bumi yang indah ini. Angin sepoi-sepoi juga berhembus menambah segarnya suasana di pagi hari ini. Tampak beberapa orang berlalu-lalang memulai aktivitasnya. Jalan-jalan yang tadinya lengang juga terlihat lebih ramai. Yah, begitulah setiap harinya di kota Pahlawan ini.

Bandara Internasional Juanda juga tak kalah padat. Dan Radit berada ditengah kerumunan orang yang mengantri untuk masuk kedalam ruang check-in. Sesekali ia menoleh kebelakang seolah mengharap kehadiran seseorang. Namun, sepertinya seseorang yang ia harapkan tidak akan muncul. "Maaf, Pak tiketnya.."kata petugas di Bandara tersebut. Radit tersentak dan buru-buru memberikan tiketnya. "Radiiiiiiitt...."tiba-tiba terdengar seseorang meneriakkan namanya. Radit menoleh dan berusaha mencari sumber suara tersebut. Dan benar, ia menemukan sesosok gadis manis yang berusaha melambaikan tangannya dan berlari kearahnya. "Sandra",gumam Radit. Sandra memang sosok yang diharapkan Radit. Radit pun sedikit menepi dari antrian orang-orang. Ia melirik jam tangannya. "Masih ada 45 menit lagi" pikirnya dalam hati. "Radit, maaf aku telat",ucap Sandra sambil terengah-engah. Radit tersenyum,"Nggak apa-apa. Kamu datang aja itu dah cukup buat aku". Lalu Sandra mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya. Sebuah kotak kecil,terbungkus rapi. "NIh..",ujarnya sambil menyerahkan kotak itu pada Radit."Apa ini?","Bukan apa-apa,hanya serpihan memory yang mungkin bisa jadi pengobat rindu ketika kamu sampai disana",jawab Sandra. Radit kembali melirik jam tangannya. Ah, sudah waktunya.. "San, aku pergi dulu ya..",kata Radit sambil merengkuh Sandra. Sandra hanya diam dan berusaha memberikan senyum termanisnya. "Hati-hati.."jawab Sandra pelan. Lalu mereka berdua pun saling melambaikan tangan. Tak terasa air mata Sandra menetes di wajahnya yang lembut.

***
(September 2002)
Pagi itu Sandra harus buru-buru pergi ke kampus. Karena ini hari pertamanya kuliah. Seperti biasa, ia selalu diantar oleh Bang Kosim, supir nya. "Bang, cepetan dikit donk.. Sandra telat nih",kata Sandra. "Iya neng, ini udah ngebut. Tapi, gimana lagi jalanan macet, neng. Surabaya sekarang udah hampir sama seperti Jakarta",jawab Mang Kosim. Sandra pun diam. Tapi kegelisahan begitu terlihat jelas di raut wajahnya. Ia seperti tak ingin melewatkan kuliah perdananya itu.
Tepat pukul 08.00 WIB Sandra sampai di kampusnya. Sandra pun langsung berlari masuk kedalam kampusnya. Dan.. Bruuukk!!!"Aduuh..."Sandra terjatuh. "Duuh.. Ngga liat-liat sih kalau jalan",kata Sandra berusaha untuk berdiri sambil mengomel. "Maaf.."kata Orang yang menabrak Sandra. "Maaf.. maaf.. Jadi be...."Sandra tak meneruskan kalimatnya ketika ia menatap wajah seorang laki-laki yang tengah tersenyum manis padanya. "Kamu nggak apa-apa kan?"tanyanya. Sandra seperti terpesona oleh senyum laki-laki itu."Heeeiii...." Sandra tersentak,"E-eh.. iya.. maaf .. e-eh nggak apa-apa" jawab Sandra terbata-bata. "Radit.."kata lelaki itu mengulurkan tangannya. "Sandra",Sandra pun membalas uluran tangan Radit. "Kamu anak baru,ya.. Mau masuk kelas apa?",pertanyaan Radit membuat Sandra ingat bahwa ia sudah terlambat."Aduuh, mampus.. Telat deehh" kata Sandra sambil menepuk dahinya. "Halloooo.. emangnya kamu masuk kelas apa?"tanya Radit lagi. "Oh-Eh.. anu.. Kelas Bahasa Inggris",jawab Sandra singkat. "Ooo.. sama donk. Ayo masuk",ajak Radit sambil menggandeng tangan Sandra.
Sandra hanya diam ketika Radit menggandengnya. Dan ternyata, kelas masih ramai. Dosen Bahasa Inggrisnya belum datang. Hufff.. Sandra sedikit lega. Ia memilih duduk di bangku dekat jendela.

***
"Radit, nanti ngerjain tugas bareng ya.."kata Sandra sedikit merajuk. Radit gemas melihatnya. Sahabatnya yang satu ini paling bisa membuat Radit gemas. "Nggak mau.."
"Iiiihh.. Radiiiitt, ayo dong Sandra kan ngga bisa ngerjain sendiri..", Radit tetap berlagak acuh. "Radiiit" Sandra mulai melancarkan serangannya. Radit pun akhirnya mengelak dengan sedikit menggoda. Begitulah sehari-hari Radit dan Sandra. Sejak berkenalan, mereka pun semakin akrab. Bahkan tampak seperti saudara.
"Radit..", panggil Sandra sambil menikmati ice cream di tangannya. "Hmm"
"Kenapa sih kamu suka menulis?"
"Hmm.. kenapa yaa. Ya mungkin karena aku udah hoby nulis dari dulu",jawab Radit sekenanya.
"Ya, tapi kenapa ngga ada yang dipublikasikan?"
Radit terkekeh,"Siapa yang mau membayar tulisan-tulisan anak ingusan seperti aku?"
"Tapi, menurutku tulisanmu bagus"
"Itu kan kata kamu, San"
Lalu mereka terdiam. Larut dalam angan masing-masing.

***
(Juni 2003)
Hari ini ada kuis mata kuliah Pak Hendrik. Dirumah Sandra, terlihat sedikit keributan. Gara-gara Sandra telat bangun, dan alhasil seisi rumah dibuat heboh. "Bibiiii.... tolong dong baju Sandra di seterika", tak lama kemudian,"Bibiii... sarapannya dibuat bekal aja ya, Sandra dah telat", kata Sandra sambil keluar dari kamarnya. Mama dan Papa nya hanya mengggeleng-gelengkan kepala melihat kelakuan anak semata wayangnya itu. "Pa.. Ma.. Sandra berangkat ya.."kata Sandra sambil mencium tangan kedua orangtuanya. "Hati-hati, nak"jawab sang Mama. Sandra mengangguk dan tak lupa meraih bungkusan yang telah disiapkan Bik Inah untuk bekal sarapannya di mobil.

---
Sandra melangkah memasuki halaman kampusnya setengah berlari. "Sandraa.. tunggu..",teriak Lisa sahabatnya. Sandra berhenti dan menunggu Lisa yang berlari mengejarnya. "Huuff.. kirain aku sendiri yang telat, Lis",kata Sandra. Lisa nyengir. "Iya, aku tadi telat bangun",jawabnya. "Udah siap,Lis?",Lisa mengangkat bahu."Yaa mudah-mudahan bisa, San"jawab Lisa pendek. Mereka sudah sampai didepan kelas. Beberapa orang tampak sibuk belajar. Sandra celingukan mencari Radit yang belum ada dikelas. "San, lagi nyari arjuna mu ya",ledek Lisa. "Ih, arjuna dari hongkong? Nggak lah, sepi aja ngga ada Radit. Biasanya kan dia tukang rame-ramein kelas",tukas Sandra. Lisa cekikikan. Pak Hendrik sudah berdiri didepan pintu. Beberapa anak yang diluar pun sudah masuk ke dalam kelas. Tapi, sosok Radit masih belum muncul. Terlambatkah? Atau jangan-jangan dia sakit?
"Baik anak-anak, siapkan kertas, kita akan mulai kuis sekarang", kata Pak Hendrik. Sandra menghela nafas. Radit benar-benar tidak masuk hari ini.
----

(to be continued)

Read more!