Mata Hati...
Mata dan Hati tak pernah berbohong..
Ketika kita bahagia,
ketika kita bersedih
Semua dapat dilihat dari sorot mata kita..
Sekalipun kita tersenyum dalam kesedihan,
Mata kita tak dapat menyembunyikannya.
Itulah sebabnya kenapa disebut "Mata adalah Jendela Hati"
*****
Aku mencoba membuka mata ini, mengenyahkan rasa malas yang hinggap di diri ini.
Kulihat jam menunjukkan pukul 06.00 wib. Tapi, untuk beranjak dari tempat tidurku aku masih merasa malas. Tak ada semangat sedikitpun untuk berangkat ke kantor hari ini.
Masih jelas ku ingat, kekecewaanku pada Iyan semalam. Yang membuatku tak bisa memejamkan mata ini.
Dengan langkah malas, kupaksakan diriku untuk beranjak dari tempat tidurku dan mandi. Mungkin dengan aku mandi, setidaknya pikiranku bisa fresh. Dan mencoba melupakan kejadian semalam. Setelah selesai mandi dan aku pun bersiap2 berangkat. Tak kusentuh sedikitpun sarapan yang telah disiapkan dimeja. "De.. kok ngga sarapan dulu ?"tanya Bunda. Aku hanya menggeleng."Ade berangkat, Bunda" kataku sambil mencium tangan Bundaku. Bunda hanya menggeleng pasrah melihat tingkahku. Sepertinya beliau tahu apa yang aku rasakan saat ini. Yah, mungkin itu adalah naluri seorang ibu.
Sampai dikantor, biasanya aku mampir dulu ke ruangan Iyan. Tapi, hari ini aku malas bertemu dengannya. "Kriiiing.."tiba-tiba telepon di mejaku berbunyi. Aku sebenarnya enggan mengangkatnya karna takut Iyan yang meneleponku. Tapi, kalau orang lain ? Nanti aku dikira nggak ada diruangan."Halo.."sapaku. "Ade..." Huff, aku langsung menghela nafas ketika tau ternyata yang menelepon ternyata memang Iyan. "Ada apa?"tanyaku ketus. "De.. aku minta maaf soal semalam.." Aku hanya diam menunggu dia selesai berbicara. "Aku juga ngga tau harus bagaimana, aku cuma ngga mau terjadi apa2 sama kamu, De.. Please..."ucapnya lagi dengan nada sedikit memelas. "Udahlah, aku lagi ngga mau bahas, Yan. Maaf... " Langsung ku tutup teleponnya. Risma sahabatku langsung menyindir,"Wah... yang lagi berantem.." katanya sambil menggodaku. Aku hanya tersenyum dan mencoba menahan air mata yang hampir saja jatuh. "Ngga koq, Ris.. Aku baek2 aja." kataku masih dengan senyum yang sedikit ku paksakan. Risma malah tergelak. "Ade... aku kenal kamu ngga sehari dua hari.. Aku sedikit banyak tau kamu. Mungkin orang lain bisa kamu bohongi dengan senyummu itu. Tapi aku ? Kamu ngga bisa bohong, Ade.. Tuh liat mata kamu aja udah berkaca-kaca kamu bilang ngga apa2." Aku kembali tersenyum dan melanjutkan pekerjaanku.
Saat istirahat, Iyan berusaha menemuiku yang sedang makan siang bersama Risma dan teman2 yang lain. "De.. bisa kita bicara ?"tanya Iyan sambil melirik Risma dan teman2ku yang lain. Aku berusaha tetap tersenyum dan mengangguk. "Bentar ya Girlz" kataku pada teman2. Mereka hanya mengangguk sambil tersenyum2. "Ada apa lagi ?" tanyaku masih dengan ekspresi ketus. "De.. Aku minta maaf.. " "Aku sudah maafkan. Udah kan? Aku harus kembali ke anak-anak." Aku pun berbalik. Tapi, Iyan meraihku. "Sebentar, Ade.. Please denger penjelasan aku." pintanya. "Oke.. 1 menit."kataku sambil mengacungkan jari telunjukku. "De.. please... jangan begitu. Aku tau kamu sekarang sedih banget.. Aku ngga bermaksud membuatmu marah.. Aku hanya ingin menjaga agar smuanya berjalan dengan baik.." "Trus, apa kamu tau, aku membutuhkan seseorang untuk kuajak bertukar cerita ?" aku balik bertanya. Iyan mengangguk pelan. "Aku ngerti, Ade.. Aku ngerti..Tapi... " "Udah 1 menit.." kataku tanpa perduli dia belum menyelesaikan kalimatnya. "Aku saat ini bener-bener ngga mau bahas hal ini, Yan.. Biarlah apa yang kurasakan saat ini, kurasakan sendiri. Biar aku coba untuk tak terlalu bergantung padamu."Kataku lagi dan akupun berbalik menuju ke meja teman2ku.
Sejenak mereka terdiam saat aku datang, tapi aku langsung duduk sambil cengar-cengir didepan mereka. "Kok kalian pada diem ?"tanyaku. "De.. kamu ngga apa2 ?"tanya Risma hati-hati. Aku menggeleng dan melanjutkan makanku yang belum sempat aku habiskan karena kedatangan Iyan. Dari jauh, kulihat Iyan masih memandangiku. Mungkin Risma juga tau apa yang sedang berkecamuk di hatiku. Namun, aku tak ingin masalahku ini mengganggu konsentrasiku bekerja.
"De..."Aku menoleh ketika Risma memanggilku pelan. "Kamu yakin kamu baik-baik aja?"tanyanya. Aku mengangguk pasti. Tapi, dia malah menggelengkan kepalanya. "Kamu bohong" bisiknya. Aku mengerutkan dahiku. "Kenapa begitu?" tanyaku. Risma hanya tersenyum. Lalu dia menunjuk matanya. "Lewat mata, aku bisa lihat kamu berbohong atau tidak. Lewat mata, aku bisa melihat kamu sedang bahagia atau sedih." "Hahah" tiba-tiba tawaku memecah. Semua orang di ruanganku langsung menoleh kearahku. Aku langsung terdiam. Risma tersenyum. "De... sekali lagi, kamu bisa bohong pada orang lain, tapi ngga sama aku." katanya sambil mengacak-acak rambutku. Aku hanya tertegun melihatnya keluar ruangan.
Kubuka internet explorerku, dan mulai membuka emailku.
Dan aku pun mulai mengirim email untuk Risma dan Iyan.
To : Risma
Risma sahabatku, kamu benar.. Sekalipun aku tertawa didepanmu,
tak bisa kupungkiri bahwa hatiku sedang menangis.
Aku sedikit kecewa dengan sikap Iyan.
Ketika aku membutuhkannya, dia ngga ada..
Aku tahu, ini mungkin yang terbaik. Tapi, aku hampir stress dibuatnya..
Mungkin ini hanya sekedar ke egoisan ku aja.
Thanks karena telah mengerti aku..
Tapi, percaya aku pasti baek2 aja dan aku pasti akan selesaikan dengan baik juga..
Hehehehe....
Ade
To : Iyan
Iyan,
ketika kamu hadir mengisi hari-hariku,
aku merasa hidupku menjadi berwarna..
Tapi, entah kenapa akhir-akhir ini kurasakan berbeda..
Aku hanya ingin bertanya,
Salahkah aku jika aku ingin bertemu denganmu ?
Salahkah aku jika aku ingin bercerita denganmu ?
Salahkah aku jika aku ingin memeluk ?
Salahkah aku, Yan ?
Aku tahu, masalah yang ada sekarang membuat kita seperti ini..
Aku juga tahu, mungkin aku egois..
Mungkin aku tak pernah bisa mengerti keadaanmu ataupun keadaan kita saat ini..
Aku memang marah, aku memang sedih...
Tapi, setidaknya saat ini akan kucoba
Untuk tak terlalu berharap dan bergantung lagi padamu..
Maafkan aku jika selama ini aku merepotkanmu..
Maafkan aku jika selama ini aku tak pernah mengerti kamu..
Maaf.. dan terima kasih untuk semuanya.
Doa dan sayangku masih untukmu...
Ade
Kuhapus air mata yang menetes di pipiku. Tak kuperdulikan lagi apa yang kurasakan dalam hati ini. Dan aku pun beranjak pulang...
--------
The End
Labels: Kisah
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home